Sejarah Pertanian pada Abad Keemasan Islam

Para ilmuwan Muslim membuat pola yang mengubah varian agrikultur tahunan. Penggunaan lahan menjadi semakin produktif, sistem irigasi diperbaiki dan diperluas.

Teknologi pertanian pada masa peradaban Islam memberi pengaruh dalam perkembangan berbagai bidang. Sektor pertanian pada masa kejayaan Islam dianggap sebagai pencetus bagi perkembangan teknologi selanjutnya.

Sumbangan Islam bagi dunia tidak hanya teknologi sebagai sebuah produk, tetapi juga dilengkapi uraian rinci mengenai pembuatan produk teknologi tersebut. Kaum Muslim pada era Revolusi Hijau atau Revolusi Pertanian pada abad ke-11 memberi kontribusi di banyak bidang.

“Salah satu aspek penting dari revolusi ini adalah pengenalan dan penyebaran berbagai jenis tanaman baru ke dunia Islam,” jelas Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History. Sejak itu, dunia Islam mengenal tanaman, seperti padi, sorgum (sejenis gandum), gandum keras, tebu, kapas, semangka, terung, aneka tanaman, serta beragam bunga.

Dijelaskan dalam laman muslimheritage, revolusi yang dimulai dari bagian paling timur dunia Islam itu meluas ke seluruh wilayah kekuasaan Islam di tiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa. Kala itu, umat Islam dikenal sangat rajin mempelajari tanaman-tanaman baru. Salah satunya ialah jenis tanaman tropis yang kemudian diperkenalkan di wilayah Islam yang beriklim kering.

Pola ini mengubah varian agrikultur tahunan, yaitu bercocok tanam tidak hanya pada musim dingin, tetapi juga pada musim panas. Walhasil, penggunaan lahan menjadi semakin produktif, sistem irigasi diperbaiki dan diperluas, berkembang pula jenis pupuk serta cara pembajakan baru.

Seiring itu, teknologi pengolahan makanan berkembang dengan bervariasinya metode pengawetan, mulai dari pengeringan, pengasinan, sampai pengasapan. Teknologi pengawetan makanan ini menunjang usaha pemasaran hasil pertanian dan peternakan.

Mesin air dan irigasi
Pemanfaatan air dan angin sebagai sumber energi juga mampu menyokong produktivitas pertanian umat Islam. Teknologi ini secara tak langsung mengilhami perkembangan ilmu mekanika dalam dunia Islam.

Ilmuwan Muslim seperti al-Jazari memberikan sumbangan besar bagi perancangan mesin. Sedikitnya ada lima jenis mesin pengangkut air untuk memenuhi kebutuhan air di daerah-daerah kering di Arab, terutama untuk kebutuhan rumah tangga serta industri dan pertanian.

Penemuan teknologi tersebut sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air, yang merupakan kebutuhan pokok manusia, terutama di daerah-daerah yang minim air. Teknologi ini merupakan jawaban bagi keterbatasan ketersediaan alam bagi manusia.

Orang-orang Islam sejak abad ketujuh mengenal noria yang berfungsi untuk mengangkat dan mengalirkan air ke lokasi yang membutuhkan bila permukaan air rendah atau surut. Teknologi pembuatan jembatan dan sistem irigasi tidak kalah pentingnya.

Keadaan geografis suatu wilayah akan memengaruhi jenis teknologi yang dihasilkan, termasuk di negara-negara Islam pada abad pertengahan yang memiliki banyak sungai besar dan iklim kering di beberapa wilayahnya.

Teknik irigasi yang berkembang pada zaman Islam tidak lepas dari teknologi irigasi yang telah ada seperti pada masyarakat Mesir Kuno. Pada masa Islam, teknik irigasi khusus memanfaatkan air bawah tanah dengan pipa yang disebut qanat, yaitu terowongan yang nyaris horizontal dan menghubungkan sebuah sumber air bawah tanah ke lokasi yang membutuhkan air. Teknologi irigasi ini memberikan sumbangan yang sangat penting bagi dunia pada umumnya untuk mengatasi kelangkaan air di suatu wilayah.

Pembuatan kanal-kanal pun menjadi sebuah teknologi yang sama pentingnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air. Para ahli teknik Muslim membangun bendungan untuk menyediakan dan mengatur air dalam sistem irigasi. Sekitar abad kesembilan telah dibangun bendungan di Tunisia dan Iran, kemudian abad ke-12 dibangun bendungan di Cordoba.

Penopang utama kekhalifahan
Aktivitas di sektor pertanian ternyata mampu juga menjadi penopang utama perekonomian kekhalifahan Islam. Perhatian dan dukungan dari para penguasa Islam cukup besar bagi pelaku pertanian Muslim. Tak ayal, perekonomian di dunia Islam semakin menguat karena dukungan sektor pertanian.

Melihat potensi ini, para ilmuwan pun mengembangkan berbagai dasar ilmu pertanian (‘ilm alfilaha). Salah satu buku pertanian yang penting dan muncul pada era keemasan Islam adalah kitab al-Filaha al-Nabatiyyakarya Ibn Wahsyiyya. Kitab itu ditulis sang insinyur pertanian Muslim pada 904 M di Irak.

Ibnu Wahsiyya menulis buku petunjuk bertani itu lantaran kecintaaannya terhadap pertanian. Niatnya tulus melestarikan tradisi agrikultur orang-orang Nabatiya di Mesopotamia.
Ahli pertanian, D Fairchild Ruggles, dalam bukunya bertajuk Islamic Gardes and Landscapes menjelaskan bahwa kitab al-Filaha al-Nabatiyya berisi tentang petunjuk pertanian. Di dalamnya dijelaskan secara perinci dan jelas mengenai tata cara bertani, irigasi teknik, tumbuhan, fertilisasi, bercocok tanam, dan berbagai bahasan lainnya tentang pertanian.

Buku tersebut juga merupakan acuan bagi masyarakat Muslim untuk bertani dengan baik. Buku diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Abu Bakar Ahmad, juga dialihbahasakan serta diterbitkan Fuat Sezgin, salah seorang ilmuwan dari universitas di Jerman.

Buku terkemuka lainnya tentang ilmu pertanian diterbitkan ilmuwan Muslim di Spanyol pada abad ke-11 M dan ke-12 M. Buku-buku tersebut di antaranya karya Ibnu al-Hassal dan Ibnu al-Awwam. Beberapa di antaranya diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol dan bahasa Latin.

Buah pemikiran sarjana Muslim itu telah menjadi inspirasi bagi para sarjana pertanian di Barat. Mereka mengembangkan pertanian di Barat dengan panduan yang ditulis para sarjana Muslim. Selama abad ke-11 M, para ahli agronomi Muslim di Spanyol melakukan sebagian riset dan eksperimen di Taman Botani di Seville dan Toledo. Kebun yang digunakan untuk eksperimen ini merupakan kebun pertama dari kebun-kebun sejenis. Kemudian, ditiru oleh Barat pada abad ke-16 di Kota Italia Utara.  ed: asep nur zaman

Penciptaan Ragam Alat Pertanian

Penemuan ilmu alat pertanian ikut berkembang pada abad keemasan Islam. Para insinyur Muslim berhasil menciptakan alat-alat pertanian seperti berikut ini.

Bajak
Sejarawan al-Maqrizi mencatat, bajak digunakan sebagai alat untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih. Sejarawan al-Marqasi, seperti ditulis al-Hassan dan Hill, digunakan para petani sebelum menanam tebu. Biasanya petani Mesir membajak tanah sebanyak enam kali sebelum menanam tebu.

Pada era Islam, bajak dibuat dari besi dan bentuknya bergerigi. Insinyur pertanian Muslim telah mampu membedakan teknik membajak tanah di berbagai jenis lahan. Mereka juga menulis kitab-kitab pedoman pertanian, seperti kitab al-Filaha al-Nabatiya karya Ibnu Wahsyiyya. Berkembangnya kebutuhan, para insinyur Muslim pun terus berupaya membuat rancangan bentuk bajak. Bahkan, peradaban Islam sudah mampu menciptakan bajak cakram yang sesuai dengan jenis tanah.

Garpu dan garu
Garpu merupakan salah satu alat yang juga digerakkan oleh binatang. Ia berfungsi untuk memecahkan bongkahan tanah yang menutupi benih. Alat ini digunakan setelah proses pembajakan tanah. Menurut al-Hassan dan Hill, para petani Muslim memiliki berbagai macam rancangan, seperti al-mijarr dan al-mislafah. Keduanya berupa balok bergigi untuk menggaru lahan. Al-Mijarr mempunyai dua lubang di ujung-ujungnya serta dua pasang tali pengikat.

Sedangkan al-maliq terbuat dari papan kayu yang dibuat melebar dan ditarik oleh seekor lembu. Al-maliq digunakan untuk meratakan alur yang dibuat oleh mata bajak untuk menanam benih. Kedua jenis garpu itu masih digunakan di beberapa negara Islam di belahan dunia dan ini merupakan bukti begitu luasnya kontribusi teknologi pertanian zaman keemasan.

Selain itu, ada pula alat bernama garu. Alat ini merupakan alat tangan yang terbuat dari kayu. Fungsinya untuk menyisir tanah dan menutupi benih. Salah satu jenis garu pada masa itu bernama al-musyt. Alat ini berupa batang menyilang dengan gigi-gigi dan sebuah kayu pegangan di bagian tengahnya.

Sekop dan cangkul
Para petani Islam pun berhasil menciptakan alat untuk menggali tanah, seperti sekop atau al-misyat. Alat ini digunakan untuk menggali lahan yang tidak memerlukan bajak, seperti lahan perkebunan sayur dan buah-buahan. Saat itu juga sudah dikenal sekop jenis lain bernama al-mijnah atau al-mijrafah yang digunakan untuk mengangkat tanah hasil penggalian. Petani zaman itu juga menggunakan cangkul untuk menggali tanah, yang salah satu jenisnya bernama al-miza’ah.

Sabit
Para petani Islam berhasil mengembangkan alat untuk memanen, berupa sabit atau bilah. Alat ini memiliki berbagai jenis, ada yang bergigi dan ada yang tidak, namun tajam. Bahkan, ada yang bengkok pada ujung pegangannya dan ada yang melengkung ke depan sepanjang arah sikatan.

Pengerikan dan penampian
Setelah memanen, proses selanjutnya yang dilakukan para petani adalah pengerikan. Proses ini dilakukan di pinggir desa. Di tempat itu sudah terdapat butiran gandum yang disusun bertumpuk melingkar di ladang.

Menurut al-Hassan dan Hill, terdapat tiga cara untuk mengerik. Salah satunya memanfaatkan hewan peliharaan seperti lembu untuk menggilas tumpukan gandum tersebut. Proses terakhir adalah penampian yang berfungsi untuk memisahkan dedak dengan butiran gandum.indah wulandari, ed: asep nur zaman

Dipublikasi di Sejarah | Meninggalkan komentar

Menjadikan Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup

[Al Islam 618] Peristiwa turunnya al-Quran di bulan Ramadhan setiap tahun senantiasa diperingati, begitu pula tahun ini seperti yang marak dilakukan pada hari-hari ini. Peringatan itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas diturunkannya al-Quran. Ramai dan semaraknya peringatan Nuzulul Quran di negeri ini patut mendapat apresiasi. Namun tentu saja peringatan itu tidak boleh berhenti hanya sebatas seremonial semata seperti yang terlihat selama ini.

Pengkerdilan Al-Quran

Seruan “membumikan al-Quran” oleh orang-orang liberal dimaknai sebagai reaktualisasi al-Quran. Reaktualisasi al-Quran dimaknai bahwa kandungan al-Quran harus ditafsirkan sedemikian rupa hingga sejalan dengan realitas aktual. Agar al-Quran sejalan dengan perkembangan zaman modern maka harus ditafsirkan ulang supaya bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan pemaknaan seperti itu akhirnya al-Quran ditundukkan pada perkembangan zaman. Bagaimana mungkin al-Quran justru ditundukkan pada realitas rusak saat ini, padahal al-Quran itu diturunkan untuk menjadi petunjuk hidup umat manusia?

Bahkan ada yang lebih lancang dengan menggugat keaslian al-Quran. Ada juga yang menuduh bahwa al-Quran itu tidak lepas dari ucapan dan pengungkapan Muhammad yang tidak bisa dilepaskan oleh pengaruh konteks zamannya. Seruan dan tuduhan seperti itu pada akhirnya justru akan merusak keyakinan umat akan kesucian al-Quran dan bahwa al-Quran itu merupakan wahyu dari Allah SWT baik lafazh maupun isinya sehingga pasti benar. Tak diragukan lagi bahwa seruan seperti itu bukan mendekatkan kepada al-Quran tapi sebaiknya justru menjauhkkan umat dari al-Quran. Sayangnya seruan yang berasal dari para orientalis itu justru diusung orang muslim yang dianggap intelektual. Tentu saja seruan itu dan semacamnya harus diwaspadai oleh umat siapapun yang membawanya.

Disamping semua itu, juga ada beberapa sikap keliru terhadap al-Quran. Kadang kala yang terjadi adalah mistikasi al-Quran. Al-Quran diangap sebagai ajimat pengusir setan. Padahal, al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia, penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda antara hak dan batil, benar dan salah, baik dan buruk serta terpuji dan tercela.

Begitu juga, sudah mentradisi, setiap tahun turunnya al-Quran dirayakan secara seremonial. Al-Quran dibaca dan didendangkan dengan merdu di arena MTQ, tadarusan al-Quran juga marak, dsb. Namun sayang, aktivitas tersebut belum diikuti dengan pemahaman atas maksud diturunkannya al-Quran. Al-Quran yang diturunkan sebagai solusi atas persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, justru dijauhkan dari kehidupan.

Al-Quran merupakan kalamullah dan membacanya merupakan ibadah. Betul, bagi seorang Muslim, sekadar membacanya saja berpahala (Lihat: QS al-Fathir [35]: 29), bahkan pahala itu diberikan atas setiap huruf al-Quran yang dibaca. Akan tetapi, yang dituntut oleh Islam selanjutnya adalah penerapan atas apa yang dibaca. Sebab, al-Quran bukan sekedar bacaan dan kumpulan pengetahuan semata, tetapi petunjuk hidup bagi manusia. Al-Quran tidak hanya sekadar dibaca dan dihapalkan saja, melainkan juga harus dipahami dan diamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari.

Sering kita mendengar pernyataan bahwa al-Quran adalah pedoman hidup. Tetapi nyatanya al-Quran tidak dijadikan sebagai sumber hukum untuk mengatur kehidupan. Al-Quran hanya diambil aspek moralnya saja sementara ketentuan dan hukum-hukumnya justru ditinggalkan.

Semua sikap itu sering diklaim sebagai sikap mengagungkan al-Quran. Disadari atau tidak semua sikap itu masih terjadi di tengah masyarakat. Padahal sesungguhnya sikap-sikap itu bukan bentuk pengagungan terhadap al-Quran, tapi sebaliknya justru pengkerdilan terhadap al-Quran. Bahkan boleh jadi semua itu termasuk sikap yang diadukan oleh Rasulullah saw dalam firman Allah SWT:

] وَقَالَ الرَّسُوْلُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوْا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوْرًا [

Dan berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan”(TQS. al-Furqan [25]: 30)

Imam Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsîr al-Qurân al-’Azhîm, mencontohkan sikap hajr al-Qurân (meninggalkan atau mengabaikan al-Quran). Diantaranya adalah menolak untuk mengimani dan membenarkan al-Quran; tidak mau menyimak dan mendengarkannya, bahkan membuat kegaduhan dan pembicaraan lain sehingga tidak mendengar al-Quran saat dibacakan; tidak mentadaburi dan memahaminya; tidak mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangannya, dan berpaling darinya lalu berpaling kepada selainnya, baik berupa syair, ucapan, nyanyian, permainan, ucapan, atau thariqah yang diambil dari selain al-Quran.

Selain itu Allah SWT mensifati kaum yang melakukan hal itu dengan sifat yang sangat jelek. Hal itu seperti ketika Allah SWT mensifati kaum Yahudi di dalam firman-Nya:

] مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ [

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. (TQS al-Jumu’ah [62]: 5)

Melalui ayat tersebut, Allah mensifati kaum yang memikul wahyu tanpa melaksanakannya laksana keledai yang membawa kitab-kitab tebal. Apa yang ada dalam perasaan kita ketika kita tidak melaksanakan al-Quran, lalu Allah SWT mengumpamakan kita seperti keledai? Orang yang beriman, bertakwa dan rindu akan ridla Allah Swt. Niscaya akan meneteskan air mata jika disebut begitu oleh Zat yang dia harapkan ampunan-Nya.

Menjadikan Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup

Al-Quran sejatinya diturunkan oleh Allah untuk menjadi petunjuk, penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda antara hak dan batil, benar dan salah, baik dan buruk serta terpuji dan tercela. Karenanya al-Quran itu harus dijadikan pedoman hidup. Untuk itu keimanan terhadap al-Quran haruslah totalitas, keseluruhannya, bagian per bagiannya, dan ayat per ayat yang ada di dalamnya. Mengingkari satu ayat al-Quran telah cukup menjerumuskan seseorang dalam kekafiran (QS. an-Nisa’ [04]:150-151).

Keimanan terhadap al-Quran itu mengharuskan untuk tidak bersikap ‘diskriminatif’ terhadap seluruh isi dan kandungan al-Quran. Tidak boleh terjadi, sikap bisa menerima tanpa reserve hukum-hukum ibadah atau akhlak, tetapi menolak hukum-hukum al-Quran tentang kekuasaan, pemerintahan, ekonomi, pidana, atau hubungan internasional. Sebab semuanya sama-sama berasal dari al-Quran dan sama-sama merupakan wahyu Allah SWT.

Karena itu tidak semestinya muncul sikap berbeda terhadap satu ayat dengan ayat lainnya. Jika ayat Kutiba ‘alaykum ash-shiyâm -diwajibkan atas kalian berpuasa- (QS. al-Baqarah [02]: 183), diterima dan dilaksanakan, maka ayat Kutiba ‘alaykum al-qishâsh -diwajibkan atas kalian qishash- (QS. al-Baqarah [02]: 178); atau Kutiba ‘alaykum al-qitâl -diwajibkan atas kalian perang- (QS. al-Baqarah [02]: 216) tentu juga harus diterima dan dilaksanakan. Tidak boleh muncul sikap keberatan, penolakan, bahkan penentangan dengan dalih apa pun. Sikap ‘diskriminatif’ akan berujung pada terabaikannya sebagian ayat al-Quran. Itu merupakan sikap mengimani sebagian al-Quran dan mengingkari sebagian lainnya. Sikap itu diancam oleh Allah akan mendapat kehinaan di dunia dan azab pedih di akhirat (QS al-Baqarah [2]: 85).

Menjadikan al-Quran sebagai pdoman hidup itu mengharuskan kita untuk mengambil dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum yang diberikan oleh al-Quran dan hadits Nabi saw, yakni hukum-hukum syariah Islam. Sebab al-Quran juga memerintahkan kita untuk mengambil apa saja yang dibawa Nabi saw dan meninggalkan apa saja yang beliau larang (QS al-Hasyr [33]: 7).

Ketentuan dan hukum yang dibawa oleh al-Quran dan hadits itu mengatur seluruh segi dan dimensi kehidupan (QS. an-Nahl [16]: 89). Berbagai interaksi yang dilakukan manusia, baik interaksi manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, maupun dengan sesamanya, semua berada dalam wilayah hukum al-Qur’an dan hadits.

Hanya saja, ada sebagian hukum itu yang hanya bisa dilakukan oleh negara, semisal hukum-hukum yang berkaitan dengan pemerintahan dan kekuasaan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik luar negeri, sanksi pidana, dsb. Hukum-hukum seperti itu tidak boleh dikerjakan individu dan hanya sah dilakukan oleh imam yakni khalifah atau yang diberi wewenang olehnya.

Karena itu, menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup itu tidak akan sempurna kecuali sampai pada penerapan hukum-hukum syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan totalitas. Dan itu tidak mungkin kecuali melalui kekuasaan pemerintahan dan dalam bingkai sistem yang menerapkan syariah, yang tidak lain sistem Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Peringatan Nuzulul Quran tahun ini hendaknya kita jadikan momentum untuk berkomitmen mewujudkan semua itu dalam tataran riil. Untuk itu hendaknya kita renungkan firman Allah SWT:

] فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا[

Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit(QS Thaha [20] 12-124)

Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []

 

Dipublikasi di Agama | Meninggalkan komentar

Al-quran dan Hadits

Pengertian dan fungsi Al-quran dan Hadits

PENGERTIAN AL-QURAN
Secara Etimologi Al Qur’an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) keduanya berarti: membaca, atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Sedangkan secara terminologi Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang menyatakan bahwa  Al-Qur’an kalam atau wahyu Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu’an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
FUNGSI AL-QURAN
1.Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw. Al-Qur’an adalah wahyu Allah  yang berfungsi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi.
Sebagai mu’jizat, Al-Qur’an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba’. Tsamud, ‘Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT.
Bahasa Al-qur’an adalah mu’jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah ‘Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur’an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca Nabi.
PENGERTIAN HADITS
Menurut bahasa hadits adalah jadid, yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti khabar, artinya berita, yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Selain itu, hadits juga berarti qarib, artinya dekat, tidak lama lagi terjadi.
Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “Seluruh perkataan, perbuatan, dan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW”, sedangkan menurut yang lainnya adalah “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuataan, maupun ketetapannya.”
Adapun menurut muhadditsin, hadits itu adalah “Segala apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu hadits marfu’(yang disandarkan kepada Nabi), hadits mauquf (yang disandarkan kepada sahabat) ataupun hadits maqthu’ (yang disandarkan kepada tabi’in). [KREAT,2012]
FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QURAN
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Alloh. Kitab Al-Qur’an adalah sebagai penyempurna dari kita-kitab Alloh yang pernah diturunkan sebelumnya. Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat. Pada tahun 1958 salah seorang sarjana barat yang telah mengadakan penelitian dan penyelidikan secara ilmiah tentang Al-Qur’an mengatan bahwa : “Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an begitu dinamis serta langgeng abadi, sehingga tidak ada di dunia ini suatu kitab suci yang lebih dari 12 abad lamanya, tetapi murni dalam teksnya”. (Drs. Achmad Syauki, Sulita Bandung, 1985 : 33). Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an meliputi tiga fungsi pokok, yaitu :
1. Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.
2. Menguraikan dan merincikan yang global (mujmal), mengkaitkan yang mutlak dan mentakhsiskan yang umum(‘am), Tafsil, Takyid, dan Takhsis berfungsi menjelaskan apa yang dikehendaki Al-Qur’an. Rasululloh mempunyai tugas menjelaskan Al-Qur’an sebagaimana firman Alloh SWT dalam QS. An-Nahl ayat 44:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”(QS. An-Nahl : 44
3. Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Hukum yang terjadi adalah merupakan produk Hadits/Sunnah yang tidak ditunjukan oleh Al-Qur’an. Contohnya seperti larangan memadu perempuan dengan bibinya dari pihak ibu, haram memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-laki. [TATAN,2012]
Dipublikasi di Agama | Meninggalkan komentar

flowchart: Menghitung keliling dan Luas Lingkaran:

Gambar

C++ PROGRAM:


  1. #include <cstdlib>
  2. #include <iostream>
  3. using namespace std;
  4. class aku{
  5.       friend istream& operator >> (istream&, aku&);
  6.       friend ostream& operator << (ostream&, aku&);
  7.       public:
  8.              void proses(){phi=3.14; keliling=2*phi*r; luas=phi*r*r;}
  9.       private:
  10.               double keliling,luas,r,phi;
  11.       };
  12.       istream& operator >> (istream& in, aku& kau){
  13.                cout<<”Masukkan jari-jarinya   :”; in>>kau.r;
  14.                kau.proses();
  15.                }
  16.       ostream& operator << (ostream& out, aku& kamu){
  17.                out<<”Hasil Keliling           :” <<kamu.keliling <<endl;
  18.                out<<”Hasil Luas               :” <<kamu.luas<<endl;
  19.                }
  20. int main(int argc, char *argv[])
  21. {
  22.     system (“color f0″);
  23.     cout<<”Menghitung Keliling dan Luas Lingkaran” <<endl <<endl;
  24.     aku x;
  25.     cin>>x;
  26.     cout<<x;
  27.     cout<<endl;
  28.     system(“PAUSE”);
  29.     return EXIT_SUCCESS;
  30. }
Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar

refleksi alpro minggu ke 5

Pada pertemuan kelima, kita membahas tentang fungsi, di mana sang ayah adalah seorang dosen dalam pertemuan itu untuk memberikan contoh konsep restoran, yang terkandung dalam anggota penutup sebagai bos functions> <maint yang hanya melayani untuk memberikan tugas dan mengelola bawahan <inputan>, bendahara sebagai <pemenej> yang ada di uang biaya memenejemen, masak sebagai input dan output bertugas memasak dan memproduksi makanan, layanan tidak menerima input dan menghasilkan output clinning selain hanya melakukan sesuatu, pembeli tanya pelayan pelayan untuk memesan makanan, setelah membayar kekasir, kasir menerima dan menghasilkan outputan.
Dari contoh konsep yang dapat disimpulkan lestoran dari sebuah program adalah penggunaan fungsi di mana ada bagian dari fungsi yang memiliki peran masing-masing.
5.2 Membuat kasus fungsi yang menentukan nilai terbesar dari dua bilangan bulat.

Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar

REFLEKSI ALPRO PERTEMUAN KE ENAM #REKURSIF #

Pengertian Rekursif

Rekursif adalah salah satu metode dalam dunia matematika dimana definisi sebuah fungsi mengandung fungsi itu sendiri.
Dalam dunia pemrograman, rekursi diimplementasikan dalam sebuah fungsi yang memanggil dirinya sendiri. Contoh fungsi rekursif misalnya adalah fungsi pangkat, faktorial, dan barisan fibonacci.

Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar

C + + PROGRAM MENAMPILKAN BILANGAN PRIMA

  1. #include <cstdlib>
  2. #include <iostream>
  3. using namespace std;
  4. int main(int argc, char *argv[])
  5. {
  6. int a,b,x;
  7. cout<<”masukkan bilangan prima : “; cin>>x;
  8. for(a=2;a<=x;a++){
  9. if(x%a==0){
  10. b=0;
  11. break;
  12. }
  13. }
  14. if(b==1)
  15. cout<<x <<”bilangan prima”;
  16. else{
  17. cout<<”bukan bilangan prima”;}

  18. cout<<endl;
  19. cout<<endl;
  20. system(“PAUSE”);
  21. return EXIT_SUCCESS;
  22. }
Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar

PROGRAM MENGHITUNG ATAS KARAKTER Yang Di inputkan

  1. #include <cstdlib>
  2. #include <iostream>
  3. using namespace std;
  4. void kata(){
  5. char a[1000];
  6. cout<<”Masukkan sebuah kalimat : ” <<endl;
  7. cin.getline(a,sizeof(a));
  8. int i=strlen(a);
  9. cout<<”Jumlah karakter yang anda inputkan adalah : ” <<i; }
  10. int main(int argc, char *argv[])
  11. {
  12. kata();
  13. cout<<endl <<endl;
  14. system(“PAUSE”);
  15. return EXIT_SUCCESS;
  16. }
Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar

PROGRAM C + + enkripsi N deskripsi

  1. #include <cstdlib>
  2. #include <iostream>
  3. #include <string.h>
  4. #define maks 500
  5. using namespace std;
  6. class aku{
  7. public:
  8. void enkripsi();
  9. void deskripsi();
  10. void output();
  11. private:
  12. char chiper[maks];
  13. int key;
  14. char plain[maks];
  15. };
  16. void aku::enkripsi(){
  17. cout<<”Masukkan kata :”;
  18. cin.getline(chiper,sizeof(chiper));
  19. cout<<”masukkan key ;”;
  20. cin>>key;
  21. for(int i=0;i<strlen(chiper);i++){
  22. cout<<chiper[i] <<”(” <<int(chiper[i]) <<”)”;
  23. chiper[i]=(chiper[i]+key) ;
  24. }
  25. }
  26. void aku::deskripsi(){
  27. for(int i=0;i<strlen(chiper);i++){
  28. plain[i]=(chiper[i]-key);
  29. chiper[i]=plain[i];
  30. }
  31. }
  32. void aku::output(){
  33. for(int i=0;i<strlen(chiper);i++){
  34. cout<<chiper[i];
  35. }
  36. }
  37. int main(int argc, char *argv[])
  38. {
  39. aku x;
  40. x.enkripsi();
  41. cout<<”\n \n setelah di enkripsi :”;
  42. cout<<endl;
  43. x.output();
  44. x.deskripsi();
  45. cout<<endl;
  46. cout<<”kembali di deskripsi :”;
  47. cout<<endl;
  48. x.output();
  49. cout<<endl;
  50. cout<<endl;
  51. system(“PAUSE”);
  52. return EXIT_SUCCESS;
  53. }
Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar

Flowchart n C + hasil + Program Menampilkan peringkat rekursif

Gambar

C++ PROGRAM :

 

  1. #include <cstdlib>
  2. #include <iostream>
  3. using namespace std;
  4. class aku{
  5. friend istream& operator >> (istream&, aku&);
  6. friend ostream& operator << (ostream&, aku&);
  7. public:
  8. int proses(int x, int y);
  9. private:
  10. int x,y;
  11. };
  12. int aku::proses(int x, int y){
  13. if (y==0) return 1;
  14. else return x*proses(x,y-1);
  15. }
  16. istream& operator >> (istream& in, aku& a){
  17. cout<<”Masukkan Bilangan : ” ; in>>a.x;
  18. cout<<”Mau di pangkatkan berapa : ” ; in>>a.y;
  19. a.proses(a.x, a.y);
  20. }
  21. ostream& operator << (ostream& out, aku& b){
  22. out<<endl;
  23. out<<b.x <<” pangkat ” <<b.y <<” : ” <<b.proses(b.x,b.y);
  24. out<<endl;
  25. }
  26. int main(int argc, char *argv[])
  27. {
  28. aku c;
  29. cout<<”Menghitung Nilai Pangkat” <<endl; 
  30. cout<<endl;
  31. cout<<”****************************”;
  32. cout<<endl;
  33. cin>>c;
  34. cout<<c;
  35. cout<<endl;
  36. cout<<”****************************”;
  37. cout<<endl;
  38. cout<<endl;
  39. system(“PAUSE”);
  40. return EXIT_SUCCESS;
  41. }
Dipublikasi di Pemograman Algoritma | Meninggalkan komentar